Maryam

Guru SD Negeri Sidalang 01, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang...

Selengkapnya
Navigasi Web

Stop Ngaji (Ngarang Biji)

“Bu, ini nilai agamanya,” Ucap Bu Nisa sambil menyerahkan selembar kertas yang berisikan angka – angka.

Aku menerima kertas itu, kulihat kertas itu dengan seksama. Kulihat nilai dan judul yang tertera. Ada yang janggal, kurikulum yang dipakai di sekolah kami adalah kurikulum tigabelas, tapi mengapa nilai yang kuterima masih KTSP. Lembaran itu berisikan nilai harian, PTS, PAT dan nilai akhir. Ku cermati sekali lagi tidak ada keterangan KD berapapun di situ. Bu Nisa sudah kembali ke tempat duduknya. Aku ingin menanyakan hal ini pada Bu Nisa, tapi suasana di kantor ramai. Maka untuk menjaga kenyamanan saat bertanya aku mengajak Bu Nisa keluar dari ruang kantor.

“Bu, ini kok nilainya begini ya? Kok masih KTSP, saya bingung input di aplikasi rapotnya, soalnya nggak ada KDnya,”Kataku pada Bu Nisa.

Dengan wajah kagetnya dia menjawab, “Lha emang begini sih, Bu.”

“Bu, input nilai rapotnya per KD, lha agama untuk kelas saya KD yang muncul berapa saja? “ aku kembali bertanya.

“Lha mbok nggak usah dipersulit si. Bu. Seadanya saja, wong Bu xxx dan Pak xxx juga diterima, mereka tidak protes kayak njenengan,” Jawabnya dengan ketus dan pandangan sebal ke arahku.

“Sini Bu, saya tunjukkan contoh penilaiannya,” aku memberinya contoh penilaian PJOK dari guru mapel PJOK yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan. Aku juga memberinya penjelasan. Belum selesai aku memberi penjelasan, dia memotong ucapanku.

“Mbok dibuat gampang saja si, Bu. Sekolah saya yang dulu juga pakainya seperti ini. Mereka juga tidak pernah complain,” katanya dengan pandangan menyalahkan aku.

“Bu, dengarkan dulu. Saya tidak mempersulit, saya hanya minta nilai yang sesuai. Di sini njenengan memberi hanya nilai rapot secara global tanpa ada keterangan per KD, kalau seperti ini deskripsinya tidak akan muncul. Lha mana yang pengetahuan dan mana yang keterampilan. Sebenernya ini gampang tapi jangan nggampang.” Kataku selanjutnya dengan emosi yang kutahan. Bagaimanapun ini di kantor aku tidak ingin ribut dengan sesama guru.

Bu Nisa merebut kertas yang tadi sudah ia berikan padaku dengan kasar dan kembali ke mejanya. Tak lama kemudian munculah status di WA nya dan bunyinya membuatku beristigfar juga mengelus dada. “SI###N Guru di sini ada yang angel”.

Aku membaca status itu dengan perasaan campur aduk. Tidak sedikitpun ada niat dariku untuk mempersulit. Hanya sebagai guru marilah kita melaksanakan tugas kita sesuai prosedur, jangan nggampang. Aku tidak mau seperti kedua rekanku yang dengan senang hati menerima nilai itu tanpa protes. Jika tidak diberitahu maka dia tidak akan mengerti penilaian yang sebenarnya. Penilaian harus sesuai dengan prosedur, jika tidak maka siswa yang akan dirugikan. Dan sebagai guru aku tidak ingin membuat siswaku merugi.

Fenomena yang terjadi saat musim pembuatan rapot adalah dengan munculnya istilah NGAJI. Ngaji disini berarti ngarang biji. Entah itu hanya plesetan dan guyonan tapi aku sangat tidak sreg dengan pemakaian kata ini. Seolah sebagai guru kita bisa seenaknya dan semaunya dalam menilai siswa.

Mohon maaf jika banyak yang tidak sepaham dengan tulisan saya. Abaikan nama karena hanya fiktif belaka. Ini hanya opini daripada di pendam di hati. Jika tidak pas jangan di bully. Tinggalkan komentar di bawah ini! Tapi tolong pakai hati.

Selamat menulis rapot, Jangan ngaji dan jangan nggampang ya….

Hidup Guru Indonesia.

Salam Literasi Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Untuk sesuatu yang benar perlu perjuangan Bund. Teruslah di jalanNya. Sekarang memang tak terima, namun suatu ketika nanti akan sangat berterima kasih. Sukses selalu dan barakallahu fiik

12 Dec
Balas

Iya makasih semangatnya bunda. Memang terkadang karena kebenaran justru kita dikucilkan dan di anggap kaku. Disitulah saya sering merasa sedih.....hiks hiks

12 Dec
Balas



search

New Post